Selamat Datang di Blog Kami

Kami terdiri dari Yudith

Intro...

Blog ini dibuat dari 4 mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Kami membahas tentang komunikasi massa khususnya media cetak koran maupun majalah .
Enjoy our blog...

Me
  • Bagaimana Perubahan Koran dan Majalah Dalam Digital Literacy?

    Hasil gambar untuk digital literacyDalam digital literacy masyarakat sudah melek terhadap media saat ini. Dengan begitu masyarakat sudah paham akan media yang baru dan memiliki kecanggihan yang luar biasa. Tidak lagi kita ketinggalan informasi karena sudah adanya digital literacy dimana adanya perubahan akan media massa. Dalam hal ini bagaimana posisi Koran dan majalah? Nah dulunya teknologi baca hanyalah analog yaitu cetak dimana Koran dan majalah sangat laku dimasa itu dan masyarakat berburu koran dan majalah jika ingin mendapatkan informasi yang baru. Namun seiring berjalannya waktu hal tersebut berubah menjadi digital literacy dimana  media baca digital sudah mulai efesien dan lebih efektif.
    Menggnakan teknologi baca digital yang bersifat elektronik. Yaitu bersifat online dengan harapan mengembangkan budaya literacy di Indonesia yaitu tidak lagi menggunakan koran dan majalah melainkan sudah ada e-book dan e-magazine (Damayanti, 2017). Namun selain itu sudah ada media sosial yang di dalam media tersebut menampilkan berita setiap harinya seperti media sosial Line (line today), instagram dan lain-lainnya. Masyarakat dapat membuka dan membaca kapan saja karena itu bersifat gratis. Dengan begitu kita bisa mendapatkan informasi dari web tersebut dalam bentuk dokumen melainkan buka. Kemudia dapat diakses melalu HP, gadget dan sebagainya.
    Keuntungan dengan adanya digital literacy yaitu memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi, tampa harus membeli koran dan majalah terlebih dahulu. Dengan menggunakan HP atau gadget kita sudah bisa mendapat informasi dengan membuka e-book atau e-magazine. Selain juga bisa mengurangi penggunaan kertas namun selain itu dengan adanya digital literacy mendukung dan mencerdaskan bangsa akan wawasan bagi masyarakat.


    Daftar pustaka :

    1. Damayanti, P. ( 2017, Juni 1). Menumbuhkan cinta literasi dengan media baca digital. Academia.edu.  Diakses http://www.academia.edu/11982605/Menumbuhkan_Cinta_Literasi_dengan_Media_Baca_Digital

  • Konglomerasi Media Surat Kabar di Indonesia



    Media massa terdiri dari media cetak, media elektronik, dan media online. Para perusahaan media biasanya tak hanya memiliki satu jenis media massa saja, dimana mereka mempunyai 3 jenis media massa, baik cetak, elektronik, maupun online, sehingga persaingan diantara berbagai mediapun sangat ketat, dan terjadilah “Konglomerasi Media”. Konglomerasi Media adalah penggabungan-penggabungan perusahaan media menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini dilakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang dianggap mempunyai visi yang  sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture/merger. Akibatnya kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang.

    Setelah tahun 1998, banyak media yang melakukan konsolidasi guna membentuk konglomerasi media yang lebih besar.  Saat ini setidaknya ada empat  4 nama bos media yang boleh dibilang adu kuat di industri media yang sarat modal. Sebut saja Chairul Tanjung dengan PT Trans Corpora (Grup Para), Harry Tanoesoedibjo dengan PT Media Nusantara Citra (MNC Grup), Aburizal Bakrie dengan PT Bakrie Brothers (VIVA Group) serta Surya Paloh dengan Media Group. Berbagai media, mulai dari koran, majalah, radio, media on line, televisi, hingga televisi berlangganan ada di genggaman ke-empat orang ini. Selain empat orag tersebut, juga ada Jacob Oetama sebagai pemilik Garamedia Group dan Dahlan Iskan yang memiliki Jawa Pos Group.
    Terkonsentrasinya jumlah kepemilikan terhadap media menghasilkan sistem yang bekerja untuk mempromosikan pasar bebas global dan nilai-nilai komersialisasi. Dalam pandangan standar manapun, konsentrasi kekuatan media yang mengerucut membuatnya sangat berpengaruh. Ini semua menunjukkan bahwa media dimiliki oleh segelintir saja perusahaan kapitalis. Meningkatan keuntungan sebanyak-banyakanya adalah tujuan utama yang ingin  dicapai dalam kerangka kapitalisme. Jadi wajar jika konten yang disajikan dalam berbagai media yang ada lebih banyak bersifaf rekreatif dan jauh dari kesan edukatif yang dapat meningkatkan moral generasi bangsa, karena pada hakikatnya media hanya ingin mencari keuntungan materi bukan perbaikan generasi.
    Hal lain yang dipermasalahkan ketika konglomerasi media ini muncul ialah mengenai opini berita bisa dikuasai oleh beberapa konglomerasi media, terlebih jika owner media tersebut memiliki kepentingan tertentu, seperti politik, dan sebagainya. Dampak paling nyata adalah penyeragaman informasi yang disampaikan kepada publik yang bisa mengarah kepada penyeragaman opini atas suatu fenomena yang disajikan media. Tepatnya, dengan konglomerasi media menyebabkan kita seperti tidak punya pilihan lain dalam melihat dan memahami dunia. Semua masalah dunia dilihat dari cara bagaimana pemilik media melihatnya, kemudian mereka mencoba membingkainya sedemikian rupa seolah hanya itulah pandangan yang dianggap benar (hegemonik) dan yang lain tentu saja salah.
    Berikut data-data konglomerasi media di Indonesia
    ·         MNC Grup : RCTI, Global TV, dan MNC TV (TPI), Koran Sindo, Radio Dangdut TPI, MNC Sport, Trijaya (Sindo FM), Global Radio, Okezone.com, Sun TV, Indovision, Sindo TV, Majalah Trust, Majalah High n Teen.
    ·         VIVA Group : TVOne, ANTV dan VIVANews.com
    ·         Surya Citra  Media (SCM) : SCTV, Idosiar, O-Channel, dan Liputan6.com
    ·         Media Group : Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos.
    ·         Trans Corp : Transs TV, Trans 7, Detik.com
    ·         Berita Satu Media Holding bekerjasama dengan First Media dan Sitra wimax menaungi 12 media, a.l : Berita Satu.com, Jakarta Globe, Investor Daily, Suara Pembaruan, Campus Life.
    ·         Gramedia Group : Kompas Group (koran2 tersebar di berbagai daerah seluruh Indonesia dengan label Tribun, misal Tribun Pekanbaru), Tabloit Bola, Tabloit Nova, Kompas.com Kompas TV, Warta Kota.
    ·         JAWAPOS GROUP : JPNN (Jawa Pos News Network – kantor berita, JPNN.com), JPMC (Jawa Pos Multimedia Center), Jawa Pos, Indo Pos, Rakyat MErdeka, Lampu Hijau, Koran Nonstop. Koran-koran lainnya di bawah grup POS seperti : Tangsel Pos, Riau Pos dan Koran dengan lebel RADAR seperti Radar Bogor, Radar Purwokerto, TV Lokal seperti : JTV di Jawa Timur, Riau TVdi Riau, Majalah RM, Tabloid Nyata.

    Daftar Pustaka:
    Celebes, H. (2015, November 25). Konglomerasi Media Massa, Siapa Menguasai Apa?. Kompasiana.com.
  • Media Komersial



     
    http://www.lectios.com/wp-content/uploads/2016/02/Advertising-Lectios.jpgSurat kabar dan majalah merupakan salah satu media cetak yang digunakan untuk periklanan. Media iklan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas (above the line) merupakan media utama yang digunakan sebagai media periklanan, contohnya: majalah, surat kabar, televisi, radio, dll. Sedangkan media lini bawah (below the line) merupakan media pendukung dalam kegiatan periklanan, contohnya: pamflet, brosur, poster, dll. Jadi dalam blog ini akan membahas surat kabar dan majalah sebagai media lini atas.

    Di dalam surat kabar dan majalah pasti tidak asing lagi kita melihat adanya iklan-iklan. Di dalam surat kabar, iklan yang ditampilkan cenderung dalam bentuk poster, sedangkan di dalam majalah, iklan yang ditampilkan cenderung dalam bentuk display yang digunakan oleh model di dalam majalah tersebut. Iklan di dalam majalah cenderung mempromosikan toko dari baju-baju yang dipakai oleh model, namun tak jarang juga di dalam suatu majalah terdapat iklan dari suatu produk dalam bentuk poster. 
     
    Kelebihan dari surat kabar dan majalah yang dijadikan sebagai media komersial salah satunya adalah comparison shooping. Comparison shooping merupakan media cetak digunakan sebagai bahan acuan konsumen dalam membeli barang atau jasa. Dengan melihat iklan-iklan yang ada di media cetak tersebut maka konsumen akan tertarik untuk membeli barang atau jasa tersebut. Terlebih di dalam majalah sudah tersedia review yang dapat dijadikan sembagai patokan konsumen. 
    Dibalik kelebihan yang ada, terdapat kekurangan terhadap media cetak yang digunakan untuk media komersial. Kekurangannya adalah short life span, yang merupakan pembaca dari media cetak hanya menggunakan waktu kurang lebih 15 sampai 30 menit untuk membaca pesan tersebut dan usia informasinya hanya 24 jam. Karena hal tersebut, persuasi yang diberikan oleh media cetak kurang maksimal, karena hanya dianggap sekilas saja oleh pembaca. (Jurnalis, n.d.)
    Sumber:
    Jurnalis, A. (n.d.). Media periklanan media cetak sebagai media iklan. Academia.edu. Diambil dari: http://www.academia.edu/3817830/MEDIA_PERIKLANANMedia_Cetak_Sebagai_Media_Iklan
  • Teori

    Hasil gambar untuk teori use and gratification

    Untuk surat kabar dan majalah, topik ini berkaitan dengan Use and Gratifications Theory. Teori ini beranggapan bahwa khalayak secara aktif memilih sendiri media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mereka miliki (West & Turner, 2008). Hal ini berkaitan dengan artikel Media Komersial yang ada dalam blog ini dimana disana terdapat kelebihan dari media cetak sebagai media komersial. Di dalam kelebihan tersebut terdapat comparison shopping yang merupakan media cetak dijadikan sebagai acuan konsumen dalam membeli barang atau jasa. Disini terlihat bahwa khalayak secara tidak langsung memilih sendiri media yang ia ingin gunakan untuk melihat review dari barang yang akan mereka beli. Dalam hal ini khalayak akan memilih media cetak (surat kabar dan majalah) sebagai bahan referensi mereka. Untuk itu majalah dan koran berkaitan dengan Use and Gratification Theory.
    Selain terkait dengan Use and Gratification Theory, topik ini juga berkaitan dengan Hypodermic Needle Model. Dimana teori ini juga disebut sebagai Teori Jarum Suntik. Teori ini beranggapan bahwa komunikator (dalam hal ini media massa) mempunyai efek yang besar terhadap komunikan dan penyampaian pesan hanya satu arah (Wardhana, n.d). Dilihat dari hal tersebut, media cetak (surat kabar dan majalah) memang menyampaikan pesan secara satu arah dan media cetak dapat memberikan efek yang besar terhadap pembaca dengan cara memberikan artikel-artikel yang akan membangun opini publik, sehingga hal tersebut dapat memberikan efek yang besar terhadap pembaca. Maka selain publik dapat memilih sendiri media yang akan mereka pakai untuk memenuhi kebutuhan mereka, publik juga mendapatkan pengaruh yang besar dari adanya media cetak ini.
    Sumber:
                Wardhana, W. (n.d). Teori dan model komunikasi massa teori jarum hipodermik (hypodermic needle model). Academia.edu. http://www.academia.edu/7344437/Teori_dan_Model_Komunikasi_Massa_Teori_Jarum_Hipodermik_Hypodermic_Needle_Model
    West, R. & Turner, L.H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.